Cuma Suka Cuap-cuap, Bukan Penulis
Menulis sesuai dengan suasana hati, akal, dan ide yang datangnya tanpa direncanakan walaupun aku kuliah jurusan perencanaan wilayah dan kota.
Saturday, January 9, 2021
Love-Wear-Repeat (1.0 Haircare)
Friday, November 20, 2020
Hidup sebagai Minoritas
Sunday, October 11, 2020
"Masih sendiri aja?"
Hai Sodara2 jadi nulis ini sebenernya engga direncanakan sebelumnya ya. Kayak tiba2 aja muncul hasrat, akal, dan ide untuk ngebahas ini karena belakangan ini lagi digentayangi sama pertanyaan "Masih sendiri aja, Sin?". Sebenernya bukan keusik gara2 fakta emang masih sendiri aja tapi keusik karena ditanya2 mulu, capek cuy jawabnya. Mana kadang orang ada yang tipenya mirip2 mbak Najwa yang suka nyecer nanya sampe nemu jawaban yang dirasa paling clear dan memuaskan tanda tanya di benaknya. Jadi gini sodara2 sebangsa dan setanah air, banyak reason kenapa orang masih sendiri aja. Ada yang karena emang milih buat sendiri dulu, ada yang karena belum nemu yang tepat, atau ada yang sampe sekarang masih berusaha move on dari orang sebelumnya. Dan aku ada direason 1 dan 2, belum nemu yang pas daripada dipaksain jadinya toxic dan saling nyakitin mending sendiri dulu. Mungkin sodara2 mikirnya 'klise amat nih orang', ya gimana dong kalo fakta dan aktualnya begitu kakak-kakak.
Kalo menurutku diumur segini dan di fase kehidupan transisi antara kelar kuliah-mencari kerja itu lumayan banyak ngabisin tenaga, waktu, dan pikiran banget. Sempet ga sempet sih buat nyari pendamping APALAGI pas corona coroni begini sodara2. Tiap hari ketemunya orang2 rumah aje, komunikasi sama temen2 juga buat memennuhi kebutuhan alamiah manusia sebagai mahluk sosial. Jadi ya intinya, faktor internal dan eksternal kurang mendukung hamba untuk mendapatkan pendamping, oleh karena itu, iya benar, masih sendiri aja nih. Kalo ditanya, emang engga pengen ngubah status alias mencari sosok2 pacar? Jujur dalam relung hati terdalam ya pengen ya, terlebih selama 4 tahun ini yelah menjadi manusia berstatus single yang lebih banyak tersakitinya daripada berbunga2nya. Paham ga tuh, gagal sebelum official itu adalah aku selama 4 tahun ini. Ya pasti pengenlah nemu the one yang sefrekuensi kemudian mengubah status FB menjadi 'in relationship with', tapi ya kembali lagi pada realitanya bahwa seyogya itu semua tidak semudah ngupil terus meper di tembok.
Kalo dibilang choosy ya mungkin bener, mungkin juga engga. Tapi yang jelas diumur2 yang sudah berkepala dua, yang uda ga pake seragam putih abu, yang sekarang jadi alumni kampus, yang kemana2 ditawarin asuransi jiwa, kayaknya uda males ya pacaran yang abal2. Apa ya, rasanya kayak ga cukup aja gitu alasan pacaran karena dia good looking, dia tinggi, dia badannya bagus, dia hidungnya mancung, atau dia matanya bersinar bagai rembulan. Bagi aku sih, yang paling penting dan terutama adalah se-frekuensi. Asli. Kalau kamu sama dia satu alur pikir yang sama, berarti komunikasi kalian lberpotensi akan lancar. Hubungan ideal versi aku adalah ketika komunikasi dan keterbukaan eksis di antara kedua belah pihak.
Kalo boleh beropini (ya boleh lah kan negara demokrasi), aku tuh kurang setuju sih sama alasan pacaran karena 'aku cinta kamu, kamu cinta aku, seakan2 'Love is enough'.... aku sih never enough ya. Emang bener cinta itu fondasi, tapi ya menurutku ga cukup realistis aja sama hidup manusia di kota-kota besar pada era ini. Gini-gini, kamu tuh pacaran buat apasih? biar ada yang merhatiin? biar ada yang anterin makan? biar ada yang beliin obat kalau sakit? Itu mah ga butuh pacaran, download g*jek aja di playstore... Pernah ga sih mikir 'dia bisa ga ya bikin aku jadi manusia lebih baik'. Nah ini sebenernya yang jadi tolak ukur buat aku mutusin 'naik tangga' hubungan, lanjut atau engga. Aku sih mikirnya kalau dengan sendiri aja aku bisa terbang harusnya kalo berdua sayapku bisa lebih lebar dan terbang lebih tinggi dong. Bukan malah jadi kusut atau paling sedih kehilangan sayap.
Aku tuh ya sangat menghindari hubungan yang 'aku maunya kamu kayak gini', asli itu tuh toxic banget sih menurutku. Kita tuh manusia ya, hidupnya cuma sekali di kehidupan ini, ga tau besok lahir reinkarnasi jadi apa, tapi ya hidup kayak gini tuh sekali doang woy. Masing2 manusia punya hak buat mimpi setinggi2nya, jadi apa yang mereka mau. Ya ga fair aja lah kalau harus 'ngedit' mimpi cuma gara2 seonggok manusia atau bangun hidup sesuai dengan apa yang diyakini dan didambakan orang lain. Kalau aku sih ga mau ya berada di dalam hubungan aku atau pasanganku harus mengorbankan mimpi atau berubah hidupnya cuma gara2 demi bisa hidup bersama. Egois amat. I'll let you live on your own dreams dan aku juga. Harusnya kita bisa kompromi dan support satu sama lain, saling melebarkan sayap, bukan malah matahin sayap. Terlebih aku bukan tipikal yang bisa dikekang atau diatur harus ini itu, kita tuh sama, jadi gak usah saling atur, tapi saling kompromi dan cari jalan tengah. Gaperlu harus ada yang ngorbanin ini itu, karena harusnya engga harus ada yang jadi tersangka dalam suatu hubungan.
Begitu ya wahai sodara2 sekalian yang sering bertanya2 "Aduh kenapa sih belum punya pacar, belum move on atau banyak mau?". Senangnya menulis ini semua, jadi kalau entar2 ada yang nanya lagi gak usah pake aiueo tinggal ngasih link blog ini aja. Hitung2 nambah grafik reader kan. Ya intinya, gak usah dipaksain. Akan ada jalan dan waktu yang tepat bagi mereka yang percaya. Masing-masing punya cerita. Selagi masih sendiri ya banyak2 menambah value dan mencintai diri sendiri, harapannya semoga sosok yang datang bisa seberharga kamu. Semoga yang baca bisa dimudahkan segala urusannya dan selalu bahagia! See you really soon!💖
Friday, August 7, 2020
"Kamu Sih Gak Dewasa!"
Thursday, July 4, 2019
Buat Sodara2 yang Susah Move On
2. Nangis sepuasnya
3. Makan yang enak-enak
4. Bersosialisasi sebanyak-banyaknya
5. Ikut berbagai kegiatan
6. Pergi sejauh-jauhnya
7. Bernafas sebanyak-banyaknya.

